Select Your Language

Translate Your Language Here
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Wednesday, May 25, 2011

Bunga Kopi


Bahasa ciptaan manusia agaknya memang terbatas mendefinisikan apa yang dicerna dari indra penciuman. Selain wangi, harum, apakah ada kata lain dalam kosakata Indonesia yang mengekspresikan daya tarik dari bau-bauan? Seorang pekerja di ladang kopi, akan tahu bahwa harum bunga kopi khas. Kita seperti membaui melati, atau kaca piring, tapi lebih mengiris, walau tak sekuat lavender.

Bunga kopi akan mekar di awal kemarau, dan siap jadi buah di akhir kemarau. Mungkinkah siklus ini yang membuat kopi tumbukan asli dari ladang begitu nikmat diminum saat musim hujan mulai turun? Jika perkebunan kopi berbunga, seluruh hamparan akan putih. Ranting-ranting kecil yang menjulur seperti digelayuti jutaan makhluk putih kecil. Bunga kopi memang bukan hasil tanaman berbunga, ia hanya antara menuju buah kopi yang lebih berguna, dan lebih disuka. Bunga kopi akan mati cepat dengan hanya pekerja ladang saja yang sempat mengenalnya.

Jumlah kuncup bunga pada setiap ketiak daun terbatas, sehingga setiap ketiak daun yang sudah menghasilkan bunga dengan jumlah tertentu tidak akan pernah menghasilkan bunga lagi. Namun demikian cabang primer dapat terus tumbuh memanjang membentuk daun baru, batang pun dapat terus menghasilkan cabang primer sehingga bunga bisa terus dihasilkan oleh tanaman. Tanaman kopi yang sudah cukup dewasa dan dipelihara dengan baik dapat menghasilkan ribuan bunga dalam satu saat. Bunga tersebut tersusun dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari 4-6 kuntum bunga. Pada setiap ketiak daun dapat menghasilkan 8-18 kuntum bunga, atau setiap buku menghasilkan 16-36 kuntum bunga.

Bunga kopi berukuran kecil, mahkotanya berwarna putih dan berbau harum semerbak. Kelopak bunga berwarna hijau, pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Benangsarinya terdiri dari 5-7 tangkai yang berukuran pendek. Bila bunga sudah dewasa, kelopak dan mahkotanya akan membuka dan segera mengadakan penyerbukan (peristiwa bertemunya tepungsari dan putik). Setelah terjadi penyerbukan, secara perlahan-lahan bunga akan berkembang menjadi buah. Mula-mula mahkota bunga tampak mengering dan berguguran. Kemudian kulit buah yang berwarna hijau makin lama makin membesar. bila sudah tua kulit ini akan berubah menguning dan akhirnya menjadi merah tua. waktu yang diperlukan sejak terbentuknya bunga hingga buah menjadi matang � 6-11 bulan, tergantung dari jenis dan faktor-faktor lingkungannya. Kopi arabika membutuhkan waktu 6-8 bulan, sedangkan kopi robusta 8-11 bulan.

Bunga kopi biasanya akan mekar pada permulaan musim kemarau sehingga pada akhir musim kemarau telah berkembang menjadi buah yang siap dipetik. Pada awal hujan, cabang primer akan memanjang dan membentuk daun-daun baru yang siap mengeluarkan bunga pada awal musim kemarau mendatang. Menurut cara penyerbukannya, kopi dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu kopi self steril dan kopi self fertil. Kopi self steril adalah jenis kopi yang tidak akan menghasilkan buah bila bunganya mengadakan penyerbukannya sendiri (tepung sari berasal dari jenis kopi yang sama). Kopi self steril ini baru menghasilkan buah bila bunganya menyerbuk silang (tepung sari berasal dari kopi jenis lainnya). Oleh karena itu tanaman kopi ini harus ditanam bersamaan dengan kopi jenis lainnya sehingga penyerbukan silang bisa berlangsung. Kopi self fertil adalah kopi yang mampu menghasilkan buah bila mengadakan penyerbukan sendiri sehingga tidak harus ditanam bersamaan dengan kopi jenis lainnya.

Monday, May 23, 2011

Lagu: Kotak, Selalu Cinta



Selalu Cinta

kau tanya, aku menjawab
kamu minta, aku berikan
ku sayangi kamu
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
ku bicara, kamu yang diam
ku mendekat, kamu menghindar
separah inikah kamu dan aku

bagaimana bisa aku tak ada di setiapmu melihat
sementara ku ada


bagaimana bisa kamu lupakan yang tak mungkin dilupakan
aku selalu cinta, selalu cinta

kamu hilang, aku menghilang
semua hilang yang tak kukira
jangan tanya lagi, tanya mengapa

bagaimana bisa aku tak ada di setiapmu melihat
sementara ku ada


bagaimana bisa kamu lupakan yang tak mungkin dilupakan
aku selalu cinta tapi kamu tidak
tapi kamu tidak, tapi kamu tidak

bagaimana bisa aku tak ada di setiapmu melihat
sementara ku ada, aku selalu ada
bagaimana bisa kamu lupakan yang tak mungkin dilupakan
aku selalu cinta tapi kamu tidak
tapi kamu tidak, tapi kamu tidak





Friday, May 20, 2011

Lima Kitab Sastra Indonesia Versi Andy Fuller

Andi Fuller  meraih gelar Phd dari Universitas Tasmania pada 2010 dengan tesis tentang tulisan-tulisan Seno Gumira Ajidarma yang dalam perkembangannya memiliki kesesuaian dengan konsep-konsep flânerie dan flâneur. Fuller juga termasuk editor untuk Antologi Lontar  tentang Cerita Pendek Indonesia.  Pendekatan yang digunakan Fuller  dalam menimbang kelima kitab sastra Indonesia murni personal berbasis pada perjumpaan pribadinya dengan sastra Indonesia modern.  Kendati demikian, teks-teks yang ambil-pilih tidak dalam pertimbangan sebagai paling penting, paling berpengaruh, atau paling baik. Sebaliknya, ukuran yang digunakan semata bertumpu pada minat pribadinya pada sastra-sastra Indonesia serta yang paling penting, setidaknya menurut Fuller, lantara karya-karya sastra tersebut sedikit banyak memicu perdebatan tentang teks-teks sastra di Indonesia.

1.  Jazz, Parfum, dan Insiden  (Ajidarma, 2002)

Sebuah novel yang diterbitkan pada awal 1990an.Novel ini dipilih tidak saja karena ia merefleksikan secara naratif keadaan para korban dan saksi mata atas pembunuhan massal di Dili tapi juga merepresentasikan sebuah kritik literer atas metode-metode penyensoran yang diberlakukan oleh Soeharto sebagai pemimpin rezim Orde Baru (1996-1998).  Di samping itu novel ini juga mengkreasi ulang kenyataan fragmentaris dari pengetahuan dan pengalaman-pengalaman urban kontemporer lewat metode penarasian yang fragmentaris dan terpisah-pisah.

2.   Demonstran Sexy (Nurrohmat, 2008an)

Kumpulan puisi Binhad Nurrhmat, seorang penyair yang tinggal di Jakarta, kelahiran Lampung, Sumatera Selatan. Demonstran Sexy adalah kumpulan puisi berisi olok-olok dan sindiran. Puisi-puisi dalam buku ini ditulis secara singkat, sarkastik, dan mudah diingat. Arti penting buku ini terletak pada kemampuan Binhad menemukan kembali style  penulisannya, yang berciri melakukan perlawanan langsung terhadap perkara-perkara yang ditabukan dan menjadikannya sesuatu yang menggembirakan.

3. We are Playing Relatives: A Survey of Malay Writing (Maier, 2004)

Karya dari Henk Maier,  seorang kritikus sastra Indonesia/Melayu terkemuka. Buku ini melacak perkembangan tulisan di beberapa pulau Indonesia/Melayu. Maier menggunakan pendekatan Bakhtinian untuk melacak kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan dalam apa yang disebut sentripetal dan sentrifugal. Maier menemukan suatu benang merah berkenaan dengan topik perjuangan melawan aturan-aturan yang dipaksakan oleh pusat-pusat hegemoni maupun pusat-pusat kekuasaan serta ikhtiar pinggiran yang berkehendak mengacaukan dan mengganggu pusat-pusat tersebut. Pembacaan Maier atas tulisan Melayu sangat luas dan menyeluruh; ia menyediakan tidak hanya titik berangkat yang penting bagi pembaca yang berminat pada sastra Indonesia, tapi sekaligus memberikan paparan yang jernih dengan melibatkan semacam pintu masuk pada diskursus-diskursus teori kritisisme dan interpretasi.

4.   Pada Bantal Berasap (Malna, 2010)

Merupakan kompilasi dari tiga buku karya Afrizal Malna. Buku ini  berisi lebih dari 200 puisi. Pada Bantal Berasap  memperlihatkan perkembangan Malna sebagai penyair dan sekaligus memperlihatkan konsistensi gaya penulisan Malna. Puisi-puisi Malna berpusat pada obyek-obyek, tindakan-tindakan, dan elemen-elemen kehidupan sehari-hari. Ia menuliskan interkasi tubuh dengan lingkungan perkotaan melalui ruang-ruang yang berbeda meliputai ruang-ruang domestik, publik, atau dengan lainnya.  Puisi-puisi Malna kerapkali dibuat dalam kalimat-kalimat yang singkat. Kalimat-kalimat tersebut diulang dan dalam beberapa kasus kata bendanya yang diulang, dan dipertukarkan. Malna bermain dengan ide-ide tentang apa yang kita ketahui, rasakan dan yang dapat bertindak. Dalam puisi-puisinya Malna seringkali tak bisa ditentukan apakah ia sedang berbicara tentang obyek-obyek yang tertentu atau tentang sebuah obyek yang umum atau sebaliknya ia tidak sedang berbicara tentang itu semua. Malna menjungkirbalikkan obyek-obyek—misalnya pintu, jendela, atau sistem-sistem seperti halnya ‘bahasa’—ke dalam perkakas yang dapat berinteraksi dengan bagian-bagian dari konteksnya. Lewat puisi-puisi dalam Pada Bantal Berasap, Malna menyediakan suatu gugatan atas bahasa dan sekaligus sebuah kegusaran terhadap corak puisi Indonesia awal. Ia berkehendak merekonstruksi bahasa dan metode komunikasi yang berdimensi sensual (berhubungan dengan panca indera), konkret, dan menubuh. Malna menulis dalam Maln-esian.

5. The Mute’s Soliloquy, edisi Inggris untuk Nyanyi Sunyi Seorang Bisu karya Pramoedya Ananta Toer (1999)

Kumpulan catatan dan surat menyurat Pramoedya Ananta Toer yang dibuat sepanjang masa pengasingan di Pulau Buru. Catatan-catatan ini bersifat pribadi, terpisah-pisah namun terperinci. Buku ini diedit dan diterjemahkan oleh Willem Samuels.  Buku ini  menyediakan suatu wawasan dalam kekuatan Pramoedya dalam keududkannya tidak saja sebagai seorang intelektual tapi sekaligus memperlihatkan kejerniahan pemikirannya dalam memikirkan kondisi-kondisi kultural, politik, dan sosial dalam ruang dan waktu di mana ia hidup.

Sunday, May 15, 2011

Inspiration Story


Harga Sebuah Keajaiban

Tina, 6 tahun, mendengar pembicaraan ibu dan ayahnya tentang penyakit yang diderita abangnya, hatinya sedih seperti juga ayah dan ibunya. Menurut ayah penyakit Tony, 8 tahun, perlu operasi yang memerlukan biaya sangat besar dan ayah tidak memunyai uang untuk operasi itu. Ibu berkata mungkin hanya keajaibanlah yang dapat menyembuhkan Tony.

Tina sangat sedih melihat Tony yang hanya berbaring meringis kesakitan. Maka dia memecahkan celengannya dan pergi ke sebuah apotik.

“berapa harga sebuah keajaiban?” tanyanya kepada pemilik apotik.
“kami tidak menjual keajaiban di sini”.
“Saya punya uang Rp.7.550,-. Saya mau membeli keajaiban, kalau kurang saya akan cari lebih banyak uang lagi”
“tapi kami tidak menjual keajaiban di sini” jawab si pemilik apotik.
“abangku Tony sakit keras, ayahku tidak punya uang untuk mengobatinya dan ibu bilang hanya keajaibanlah yang dapat menyembuhkan Tony” katanya hampir menangis.

Di apotik itu ada seorang lelaki separuh baya yang juga sedang membeli obat. Dia bertanya kepada Tina, “berapa uang yang kau punya?” katanya. “Rp 7.550,-“.
“itu persis harga sebuah keajaiban”, katanya, “bawa saya kepada Tony, mungkin saya memiliki keajaiban yang diperlukannya”.

Lelaki separuh baya itu adalah Dr. Rahmat Kartolo, ahli bedah yang terkenal. Dia mengambil uang dari tangan Tina, kemudian mereka pergi melihat Tony. Sebulan setelah Tony menjalani perawatan di tangan Dr. Rahmat, akhirnya dia berhasil diselamatkan. Sampai hari ini ibu selalu berkata, entah berapa biaya operasi yang diperlukan jika Tuhan tidak mengirimkan bantuan melalui Dr. Rahmat. Sungguh sebuah keajaiban. Namun Tina Tahu berapa persisnya keajaiban itu, Rp. 7.550,- ditambah sedikit harapan dari seorang anak kecil.

Kepercayaan adalah percaya pada apa yang tidak terlihat. Hadiah dari kepercayaan adalah melihat apa yang kau percayai. Segalanya mungkin bagi dia yang percaya.


Kambing Hitam

Suatu hari seekor anak kambing hitam petani jatuh di sebuah sumur tua, tempat di mana orang desa membuang sampahnya. Si petani berusaha mengeluarkan kambing itu dengan segala cara tapi gagal. Setelah mempertimbangkan sebentar, ia memutuskan untuk meninggalkan anak kambing yang cacat kakinya karena tidak akan begitu berguna lagi. jadi dia tidak perlu bersusah payah mengeluarkannya.

Setiap hari sumur tua itu digunakan sebagai tempat untuk membuang sampah bagi orang di desa. Setiap kali sampah dijatuhkan dari atas dan menyentuh pundaknya, anak kambing itu menggoyang-goyangkan pundaknya dan merangkak naik sedikit. Setiap hari anak-anak desa bermain dengan menjatuhkan batu dari atas, setiap batu yang menyakiri tubuhnya dikibaskan dan digunakan untuk melangkah lebih tinggi. Hal ini terjadi bertahun-tahun, hingga suatu hari, sumur tua itu pun penuh dengan sampah. Terkejutlah orang desa, karena melompat keluar seekor kambing hitam yang sangat kuat dan tegap.

Kibaskan dan bangkitlah, percobaan dan tantangan membuatmu semakin tegar. Biarkan pengalaman pahitmu mempersiapkan dirimu dari zero menjadi seorang hero.
 

Kesayangan Raja


Cerita ini tentang seorang selir raja, dia menjadi kesayangan raja karena sangat cantik. Di zaman itu, apabila seseorang memakai kereta raja tanpa izin, hukumannya adalam pemotongan kaki. Suatu malam si selir menggunakan kereta raja tanpa permisi untuk menjenguk ibunya yang sedang sakit keras. Seseorang melaporkan kejadian itu dan raja pun berkata, “sungguh anak berbakti! Demi ibunya dia mempertaruhkan kakinya”.

Suatu hari ketika sedang berjalan-jalan di taman dengan sang raja. Si selir memetik sebuah apel, karena sangat manis, dia tidak menghabiskannya tapi diberikan pada sang raja. Dan raja pun berkata, “dia sungguh mencintai saya hingga melupakan kesenangan sendiri demi saya”.

Bertahun telah berlalu dan kecantikan si selir pun telah memudar dan perhatian raja padanya telah surut. Saat dia melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan raja, raja pun berkata, “bukankah dia pernah memakai kereta saya tanpa izin? Dan dia pernah memberikan apel bekasnya padaku!”.


Catatan: Kisah-kisah ini diambil dari buku The Sufi’s Ways yang diterbitkan oleh House Of Inspiration.

Tuesday, May 10, 2011

Menanam Benih Kata


Jika kamu suka menulis sajak atau puisi, dan ingin belajar... buku ini sangat cocok dan boleh dibilang wajib kamu miliki. Buku ini unik, kocak, mengungkap bagaimana menulis dan mengapresiasi puisi. tetapi disajikan seperti sebuah novel, ada kisah dan tokoh2nya. tapi tetap, ini buku yang isinya bagaimana menulis puisi, tapi kamu boleh...... mengganggapnya sebagai sebuah novel.... Bukunya enak dibaca, dengan bahasa yang ringan....pokoknya seru...kalau ga percaya baca sendiri ya...

Data Buku
Judul : Menanam Benih Kata
Penulis : Ari Pahala Hutabarat.
Tebal Buku : 284 Halaman
Harga buku = Rp. 50.000,00 (terbilanglima puluh ribu rupiah)
tidak termasuk ongkos kirim.

Kalau tertarik dan ingin membeli; silahkan pesan di inbox ya
atau sms/telp ke nomor Alexander GB; 0812-725-33337

Terimakasih
Komunitas Berkat Yakin Lampung



"Buku ini merupakan secangkir keringat selama hampir 20 tahun bergelut dengan puisi, buku perdana sebagai bentuk sumbangsihnya pada dunia perpuisian Indonesia, dari seorang sederhana Ari Pahala Hutabarat, guru muda bagi beberapa penyair lain (Jimmy Maruli Alfian, Inggit Putria Marga, Lupita Lukman, Fitri Yani, Agit Yogi Subandi), yang berisi semacam panduan, mungkin lebih tepatnya kita sebut saja resep menulis puisi yang selama ini telah diterapkannya secara lisan kepada segelintir nama-nama di atas.

Sebagaimana dikatakan penulisnya pada bagian prakata, buku ini adalah sebentuk provokasi, terutama bagi para sahabat pelajar SMA, mahasiswa serta guru Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah, baik SMP mau pun SMA, agar lebih nekat dan berani mencintai dunia kepenulisan, khususnya puisi. Mengapa provokasi? Kenapa tidak pakai istilah yang lebih mulus, misalnya motivasi?

Mungkin fakta di lapangan selama hampir 20 tahun yang ditemukan penulis bukanlah seseorang itu kurang motivasi untuk menulis, sebaliknya, banyak orang yang di malam sunyi diam-diam mengambil pena lalu menulis namun malu untuk terang-terang mengaku atau justru takut salah dan dibilang jelek sehingga tidak kunjung mulai menulis, sehingga yang dibutuhkan adalah sebentuk provokasi agar para pembaca buku ini tergerak menjadi lebih nekat dalam menulis, rock and roll saja tanpa beban, berkarya secara elegan dan kritis, serta didorong oleh gairah jiwa yang romantis.

Meskipun mengandung resep-resep penulisan, bentuk penyajiannya tidak serta-merta seperti buku penuntun praktikum ilmu alam yang ditulis rinci dari A-Z, dari aturan main pertama hingga ke-100 tentang bagaimana menulis puisi. Setiap orang punya kebutuhan berbeda-beda, tidak semua orang bisa memakai rumus yang sudah banyak dipakai orang lain.

Mungkin inilah yang melandasi mengapa bentuk penulisan buku ini mirip dengan novel, sebuah karya yang membimbing pembaca untuk menyebrangi sungai, mendaki tebing, mengarungi sehamparan padang ilalang bersama lima orang tokoh murid (Budi, Latief, Bedul, Robert dan Wagino) didampingi gurunya (Mbah Bob) yang hadir sebagai narasi, yang bila dibaca dengan rileks sambil minum kopi atau teh hangat, akan sampai juga pada pengertian tentang ‘bagaimana menulis’ ke dalam benak para pembaca.

Berikut sedikit cuplikannya:

Sungguh, memahami dan menulis puisi itu sesungguhnya gampang dan mengasyikkan.  Mengapa? Karena pada puisi tak bisa kita beri definisi yang jelas atau tolok ukur yang pasti tentang apa definisi puisi dan beginilah langkah-langkah yang pasti untuk memahaminya.
            Kelonggaran dari ketakpastian definisi dan tolok ukur ini seharusnya membuat setiap orang  merasa asyik saja saat ia ingin menulis puisi atau memahami puisi. Lalu, mengapa ada kesan selama ini—kalau memahami sajak itu sulit, apalagi untuk menuliskannya? Padahal itu cuma mitos yang dibuat oleh para, terutama guru-guru di sekolah, untuk membuat kita berpikir lebih serius lagi ketika mengapresiasi sastra.
 Sungguh, memahami  dan menulis puisi itu gampang dan mengasyikkan. Tapi, untuk sampai pada momen yang mengasyikkan itu—pertama-tama pembaca haruslah mencintai mahluk yang bernama puisi itu—atau paling tidak bersikap rendah hati dalam usahanya mengenal puisi.
            Syarat pertama dalam memahami puisi adalah ‘menikmati’. Kalau pembaca tak merasa nikmat, maka bisa dipastikan usahanya mengenal lebih lanjut akan tersendat-sendat.  Dan untuk menikmati dibutuhkan kerelaan pembaca atau apresian untuk membuka hati dan perasaannya kepada objek yang akan ia nikmati.
             Semua bentuk dari karya seni—pertama-tama dibuat oleh penciptanya dengan bahan baku ‘perasaan’, barulah kemudian ia menitipkan pikiran-pikirannya kepada ciptaannya tersebut. Demikian juga para penyair ketika ia membuat sajak.  Perasaan atau emosinyalah yang lebih dahulu mengetuk atau menghantam ulu hatinya, barulah kemudian sederet kata-kata menyusul dan menyusun dirinya sendiri. Kesimpulannya,  jadi, untuk memahami karya seni atau puisi kita harus terlebih dahulu menikmatinya. Dan penikmatan adalah proses berbagi ‘rasa’. rasanya siapa? Rasanya pembaca dan rasanya puisi yang bertemu, berteman, berpacaran, dan kemudian menikah, lantas melahirkan.
           Rasa yang menghantam-hantam uluhati para penyair inilah yang kemudian disebut dengan istilah ‘pengalaman puitik’.  Dan tugas penyair adalah bagaimana ia mengungkapkan pengalaman puitiknya ini kepada pembaca dengan kendaraan kata-kata atau bahasa, yang artikulatif dan jernih.
          Jadi, sekali lagi, kalau kita mau memahami puisi—gunakanlah sebagai langkah pertama perasaanmu untuk memasukinya. Jangan mulai dari definisi-definisi atau pengertian-pengertian yang ada di buku-buku pelajaran. Analoginya—bagaimana sih kalau kita mau mendekati dan mengenal gadis atau pemuda yang mau kita jadikan pacar kita? tentu kita takkan menggunakan sekian banyak teori dari buku tentang langkah-langkah efektif menemukan pasangan jiwa. Kita hanya mendekatinya saja, dengan perasaan gugup dan harapan yang terbuka. selanjutnya, kalau perasaan kita sama, maka akan ada proses lebih lanjut untuk saling mengenal. Demikian jugalah dalam memahami puisi.
          Langkah yang sama juga dapat kaukenakan ketika berhasrat menulis puisi. Buka perasaanmu. Lalu hanyutkan dirimu dengan perasaan itu. lalu menulislah. Saya rasa, hal yang sama juga dapat kaukenakan saat kau ingin memusikalisasikan puisi yang sedang kau baca. 
          Karena itu, menafsirlah sepuas dan sebebasmu. Menulislah sepuas dan sebebasmu. Itu langkah’pertama’ kalau tak mau stress saat harus menciptakan atau belajar puisi. Namun, apakah dengan seperti itu tafsir dan puisi yang kita buat pasti akan bagus hasilnya? Ya, belum tentu. Ada langkah-langkah lain yang memang harus tetap ditempuh. Tapi, itulah langkah yang pertama. 

 


Ari Pahala Hutabarat

BIOGRAFI PENULIS :

ARI PAHALA HUTABARAT. Lahir di Palembang pada tanggal 24 Agustus. Aktif menulis puisi, prosa, dan esei sejak tahun 1993. Menyelesaikan pendidikan terakhir di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. sekarang menjabat sebagai Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung (DKL) dan Direktur Artistik Komunitas Berkat Yakin, Lampung. Beberapa puisinya pernah diterbitkan dalam antologi bersama para penyair Lampung; Daun-Daun Jatuh Tunas-Tunas Tumbuh (1995), Dari Huma Lada (1996), Menikam Senja Membidik Cakrawala (1997), Pesta Sastra Internasional TUK (2003), Konser Ujung Pulau (2003), dan lain-lain. Puisi-puisinya termuat di koran daerah dan nasional, seperti—Lampung Post, Trans Sumatra, Media Indonesia, Koran Tempo, Kompas, Jurnal Kebudayaan Kalam, dan lain-lain.
 
Pernah beberapakali meraih juara dalam lomba cipta puisi, diantaranya: Juara I Lomba Cipta Puisi pada Pekan seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) ke V di Surabaya, 1999. Juara I Lomba Cipta Puisi pada Festival Krakatau Lampung, 2000. Juara I Lomba Penulisan Esei pada Festival Krakatau Lampung 2001, juga masuk dalam lima belas (15) puisi terbaik dalam Lomba Cipta Puisi Nasional yang diselenggarakan Departemen Kesenian, Pendidikan, dan Kebudayaan Indonesia 2007. Pada Bulan Juni 2003, diundang dalam acara “Panggung Puisi Indonesia Mutakhir” di Teater Utan Kayu (TUK) Jakarta, bersama empat penyair lainnya dari Sumatra, Jakarta, Yogyakarta, dan Bali. Kemudian, pada Bulan Agustus 2003, kembali diundang untuk membacakan puisinya pada acara “Pesta Sastra Internasional (Winternachten Poetry Festival)” di Teater Utan Kayu, Jakarta. Bulan September 2005 diundang oleh Dewan Kesenian Jakarta untuk urun serta dalam acara “Cakrawala Sastra Indonesia” di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Sedang pada September 2006 diundang pada event “Ubud Writers and Readers Festival” di Ubud Bali yang merupakan ajang temu, baca, dan diskusi para penulis sepenjuru dunia.

Monday, May 9, 2011

Raja Ali Haji - Tokoh Sastrawan dan Intelektual

Tokoh ini terkenal sebagai ulama serta sastrawan Melayu terkemuka pada abad 19. Raja Ali Haji adalah keturunan bangsawan Bugis yang mendiami Pulau Penyengat, tidak jauh dari Tanjungpinang (Pulau Bintan).
Ayahnya bernama Raja Ahmad. Sementara kakeknya bernama Raja Haji, seorang pahlawan Bugis terkenal. Ia tercatat juga pernah menjabat sebagai yamtuan muda (yang dipertuan muda-perdana menteri) ke-4 dalam Kesultanan Johor-Riau.
Orang-orang Bugis tiba di kawasan tersebut sekitar abad 18. Pada saat yang bersamaan tengah terjadi perebutan kekuasaan antara para pewaris Kesultanan Johor setelah terbunuhnya Sultan Mahmud Syah II. Mereka bangga terhadap asal usul, hubungan kekerabatan dan tetap merasa sebagai bagian integral masyarakat Melayu-Bugis.
Raja Haji (kakek Raja Ali Haji) adalah yamtuan muda yang berhasil menjadikan kesultanan Johor-Riau sebagai pusat dagang dan budaya paling penting di kawasan itu. Beliau wafat ketika bertempur melawan Belanda tahun 1784. Raja Haji meninggalkan dua putra, yaitu Raja Ahmad dan Raja Ja‘far. Raja Ahmad (ayah Raja Ali Haji) adalah pangeran pertama dari Riau yang naik haji.
Ia sangat menyukai bidang sejarah. Salah satu karyanya "Syair Perang Johor" menguraikan tentang perang antara Kesultanan Johor dan Kesultanan Aceh abad 17. Selain itu, Raja Ahmad juga orang pertama yang menyusun sebuah epos tentang sejarah orang Bugis di daerah Melayu dan hubungannya dengan raja-raja Melayu.
Bakat menulis ini lantas menurun kepada putranya, Raja Ali Haji. Sejak masih remaja, Raja Ali sering mengikuti ayahnya berekspedisi ke sejumlah wilayah, termasuk ke Batavia, perjalanan dagang serta naik haji ke Tanah Suci. Pengalaman bepergian ini secara langsung memberikan wawasan pengetahuan luas pada Raja Ali.
Menginjak usia 20 tahun, dia sudah diberikan tugas-tugas kenegaraan yang tergolong penting. Hingga usianya 32 tahun, Raja Ali bersama sepupunya, Raja Ali bin Raja Ja‘far, dipercaya memerintah di daerah Lingga, mewakili Sultan Mahmud Muzaffar Syah yang masih berusia muda.
Sudah sedari belia Raja Ali Haji dikenal sebagai ulama dan sering dimintakan fatwanya oleh kerabat kerajaan. Pengetahuannya di bidang agama sangat menonjol dan dimanfaatkan guna membimbing para guru agama di Riau ketika itu. Pada waktu Raja Ali bin Raja Ja‘far diangkat menjadi yamtuan muda tahun 1845, Raja Ali Haji juga dikukuhkan sebagai penasehat keagamaan negara.
Kontribusi dan sumbangsihnya di bidang intelektual adalah berupa sejumlah karyanya mengenai masalah agama, sastra, politik, sejarah, filsafat serta hukum. Beliau memiliki prestise yang tinggi di antara rekan-rekannya kendati waktu itu masih banyak kaum intelektual lainnya.
Di bidang sastra, satu karyanya berjudul Hikayat Abdul Muluk merupakan karya sastrawan Riau yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1846. Dari sejak itu, banyaklah karya Raja Ali Haji terpublikasi. Dalam beberapa buah karyanya, beliau selalu menekankan bahwa satu-satunya jalan untuk mengatasi hawa nafsu dan mencegah terjadinya konflik adalah dengan taat kepada hukum Allah SWT yang telah digariskan kitab suci Alquran.
Selain itu tiap-tiap individu harus menjaga nama baik, ilmu dan akalnya. Pada setiap pesan etik yang disampaikan, Raja Ali kerap menyisipkan lukisan peristiwa nyata yang terjadi di masanya.
Raja Ali pun tak lupa menyoroti akhlak kepemimpinan. Menurutnya, seorang raja yang melalaikan tugasnya dan mendurhakai Tuhan tidak dapat diterima sebagai penguasa lagi.
Jabatannya itu harus diserahkan kepada orang lain yang lebih tepat. Adapun pemimpin yang baik, urai Raja Ali, adalah yang pantang terhadap hal-hal keduaniawian dan kemungkaran. Sebaliknya raja yang buruk adalah yang punya sifat congkak, boros, dan tidak memperhatikan sarana pendidikan.
Sekian banyak hasil karya Raja Ali Haji, tampak tidak pernah meninggalkan ciri khasnya, yakni mengakar pada tradisi kesusastraan Islam serta Melayu, juga kesungguhannya dalam menyajikan sejarah masa lalu disesuaikan dengan tuntutan kondisi di zamannya. Di samping itu, karyanya berjudul Gurindam Dua Belas (1847) menjadi karya tak ternilai bahkan paling menonjol di antara karya yang lain.
Lewat karya-karyanya, membuktikan bahwa Raja Ali tak hanya sekadar sejarawan dalam arti sempit. Beliau juga adalah guru dan teolog yang punya komitmen memelihara nilai keislaman serta rasa tanggung jawab terhadap masyarakatnya.
Sehingga untuk melestarikan karya-karyanya, pada awal tahun 1890, segenap sanak keluarganya mendirikan perkumpulan bernama Rusdyiah Club yang bergerak di bidang pembinaan umat serta penerbitan buku bersifat Islami. Raja Ali Haji dimakamkan di Pulau Penyengat yang memiliki nilai sejarah tinggi. Di pulau ini terdapat banyak peninggalan Kerajaan Melayu. Ketika pusat kerajan Riau dipindahkan ke Pulau Penyengat tahun 1900, dibangunlah sebuah istana yang disebut Kedaton.
Di kompleks pemakaman Engku Putri Raja Hamida terdapat makam Radja Ali Haji. Makam Raja Ali Haji terletak di luar bangunan utama Makam Engku Putri. Karyanya Gurindam Dua Belas diabadikan di sepanjang dinding bangunan makam. Setiap pengunjung dapat membaca atau mencatat karya besarnya yang luar biasa indah tersebut. Yus
Menikmati Keindahan Gurindam Dua Belas
Gurindam Dua Belas merupakan karya besar Raja Ali Haji (1809 - 1872). Beliau dikenal sebagai seorang budayawan, dan penulis dengan karya kaya beraliran Riau. Lahir sekitar tahun 1809 di Pulau Penyengat sebuah pusat keilmuan Melayu Islam yang penting di abad ke 19. Ia wafat dalam usia 63 tahun dan dimakamkan di pulau Penyengat pada tahun 1872.
Gurindam termasuk bentuk puisi lama yang banyak terdapat dalam masyarakat Melayu Indonesia. Gurindam yang terkenal ialah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Ini bukan berarti gurindam yang berjumlah dua belas buah. Ia adalah gurindam yang berisi dua belas pasal yang menyangkut persoalan ibadah, perseorangan, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua terhadap anak, sifat-sifat bermasyarakat dan sebagainya.
Gurindam biasanya terdiri dari sebuah kalimat majemuk, yang dibagi menjadi dua baris yang bersajak. Tiap-tiap baris itu sebuah kalimat dan perhubungan antara kedua kalimat, biasanya antara anak kalimat dengan induk kalimat. Jumlah suku kata tiap-tiap baris tidak ditentukan, demikian juga iramanya tidak tetap. Gurindam adalah untuk mengatakan sesuatu yang benar melalui pepatah atau peribahasa.
Raja Ali Haji menerangkan guridam sebagai berikut: "ada pun arti gurindam itu, yaitu perkataan yang bersajak pada akhir pasangannya, tetapi sempurna perkataannya dengan satu pasangannya saja, jadilah seperti sajak yang pertama itu syarat dan sajak yang kedua itu jadi seperti jawab." Beberapa petikan Gurindam Dua Belas :
Barang siapa mengenal Yang Tersebut, tahulah ia makna takut
Barang siapa meninggalkan sembahyang, seperti rumah tiada bertiang
Barang siapa meninggalkan puasa, tidaklah mendapat dua termasa
Barang siapa meninggalkan zakat, tiadalah hartanya beroleh berkat
Barang siapa meninggalkan haji, tiadalah ia menyempurnakan janji

Itulah gurindam dari pasal kedua. Masih ada sebelas pasal yang semuanya penuh berisi pesan bermanfaat bagi semua.
                                              -----------ooOoo-------------
Sumber: riaulingga.blogspot.com

quotes

what is more beautiful than night/ and someone in your arms/ that's what we love about art/ it seems to prefer us and stays—Frank O'Hara