Harga Sebuah Keajaiban
Tina, 6 tahun,
mendengar pembicaraan ibu dan ayahnya tentang penyakit yang diderita abangnya,
hatinya sedih seperti juga ayah dan ibunya. Menurut ayah penyakit Tony, 8
tahun, perlu operasi yang memerlukan biaya sangat besar dan ayah tidak memunyai
uang untuk operasi itu. Ibu berkata mungkin hanya keajaibanlah yang dapat
menyembuhkan Tony.
Tina sangat sedih
melihat Tony yang hanya berbaring meringis kesakitan. Maka dia memecahkan
celengannya dan pergi ke sebuah apotik.
“berapa harga sebuah
keajaiban?” tanyanya kepada pemilik apotik.
“kami tidak menjual
keajaiban di sini”.
“Saya punya uang
Rp.7.550,-. Saya mau membeli keajaiban, kalau kurang saya akan cari lebih
banyak uang lagi”
“tapi kami tidak
menjual keajaiban di sini” jawab si pemilik apotik.
“abangku Tony sakit
keras, ayahku tidak punya uang untuk mengobatinya dan ibu bilang hanya
keajaibanlah yang dapat menyembuhkan Tony” katanya hampir menangis.
Di apotik itu ada
seorang lelaki separuh baya yang juga sedang membeli obat. Dia bertanya kepada
Tina, “berapa uang yang kau punya?” katanya. “Rp 7.550,-“.
“itu persis harga
sebuah keajaiban”, katanya, “bawa saya kepada Tony, mungkin saya memiliki
keajaiban yang diperlukannya”.
Lelaki separuh baya
itu adalah Dr. Rahmat Kartolo, ahli bedah yang terkenal. Dia mengambil uang
dari tangan Tina, kemudian mereka pergi melihat Tony. Sebulan setelah Tony
menjalani perawatan di tangan Dr. Rahmat, akhirnya dia berhasil diselamatkan.
Sampai hari ini ibu selalu berkata, entah berapa biaya operasi yang diperlukan
jika Tuhan tidak mengirimkan bantuan melalui Dr. Rahmat. Sungguh sebuah
keajaiban. Namun Tina Tahu berapa persisnya keajaiban itu, Rp. 7.550,- ditambah
sedikit harapan dari seorang anak kecil.
Kepercayaan adalah percaya pada apa yang tidak
terlihat. Hadiah dari kepercayaan adalah melihat apa yang kau percayai.
Segalanya mungkin bagi dia yang percaya.
Kambing Hitam
Suatu hari seekor
anak kambing hitam petani jatuh di sebuah sumur tua, tempat di mana orang desa
membuang sampahnya. Si petani berusaha mengeluarkan kambing itu dengan segala
cara tapi gagal. Setelah mempertimbangkan sebentar, ia memutuskan untuk
meninggalkan anak kambing yang cacat kakinya karena tidak akan begitu berguna
lagi. jadi dia tidak perlu bersusah payah mengeluarkannya.
Setiap hari sumur
tua itu digunakan sebagai tempat untuk membuang sampah bagi orang di desa.
Setiap kali sampah dijatuhkan dari atas dan menyentuh pundaknya, anak kambing
itu menggoyang-goyangkan pundaknya dan merangkak naik sedikit. Setiap hari
anak-anak desa bermain dengan menjatuhkan batu dari atas, setiap batu yang
menyakiri tubuhnya dikibaskan dan digunakan untuk melangkah lebih tinggi. Hal
ini terjadi bertahun-tahun, hingga suatu hari, sumur tua itu pun penuh dengan
sampah. Terkejutlah orang desa, karena melompat keluar seekor kambing hitam
yang sangat kuat dan tegap.
Kibaskan dan bangkitlah, percobaan dan tantangan
membuatmu semakin tegar. Biarkan pengalaman pahitmu mempersiapkan dirimu dari
zero menjadi seorang hero.
Kesayangan Raja
Cerita ini tentang
seorang selir raja, dia menjadi kesayangan raja karena sangat cantik. Di zaman
itu, apabila seseorang memakai kereta raja tanpa izin, hukumannya adalam
pemotongan kaki. Suatu malam si selir menggunakan kereta raja tanpa permisi
untuk menjenguk ibunya yang sedang sakit keras. Seseorang melaporkan kejadian itu
dan raja pun berkata, “sungguh anak berbakti! Demi ibunya dia mempertaruhkan
kakinya”.
Suatu hari ketika
sedang berjalan-jalan di taman dengan sang raja. Si selir memetik sebuah apel,
karena sangat manis, dia tidak menghabiskannya tapi diberikan pada sang raja.
Dan raja pun berkata, “dia sungguh mencintai saya hingga melupakan kesenangan
sendiri demi saya”.
Bertahun telah
berlalu dan kecantikan si selir pun telah memudar dan perhatian raja padanya
telah surut. Saat dia melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan raja, raja pun
berkata, “bukankah dia pernah memakai kereta saya tanpa izin? Dan dia pernah
memberikan apel bekasnya padaku!”.
Catatan: Kisah-kisah ini diambil dari buku The Sufi’s
Ways yang diterbitkan oleh House Of Inspiration.
No comments:
Post a Comment