Select Your Language

Translate Your Language Here
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Wednesday, April 1, 2015

Pelajaran kedua: mengembangkan kalimat dengan analogi, perbandingan-pertentangan, melanjutkan via deskripsi/narasi



 Lesson 2: 28 Februari 2014
Setelah meneguk kopi, Maran bangkit lalu melangkah menuju pintu depan dan meninggalkan Amalia tanpa pamit.

Analogi
Setelah meneguk kopi, Maran bangkit lalu melangkah menuju pintu depan dan meninggalkan Amalia tanpa pamit. Seakan melepaskan baju pesta yang terkena noda kecap, ia letakkan baju itu begitu saja di tumpukan pakaian kotor. Dia biarkan baju itu menyatu dengan baju-baju kotor lainnya, tertumpuk tanpa harapan akan dicuci. Dia meneruskan langkahnya menuju pekarangan, menghela nafas dan, sambil menghidupkan mesin motornya, membiarkan tubuhnya seakan telanjang tanpa baju. Maran meneguhkan hatinya untuk pergi dari kekasihnya yang lima menit lalu mengembalikan cincin pertunangan.

Negasi
Setelah meneguk kopi, Maran bangkit lalu melangkah menuju pintu depan dan meninggalkan Amalia tanpa pamit. Saat hendak membuka pintu, tiba-tiba ia tertegun menatap gorden di ruang tamu, ada sepasang kupu-kupu cokelat nampak kelelahan dan menyepakkan sayap lambat-lambat. "Sepertinya ini pertanda baik", ujar Maran, lebih kepada dirinya sendiri. Ia melepas kacamatanya dan memperhatikan kupu-kupu itu lebih dekat. Disentuhnya ujung sayap salah satu kupu-kupu cokelat yang warnanya hampir pudar, seperti menyentuh perasaannya yang tak lagi utuh pada Amalia pagi itu. Setelah menjentikkan noda sayap kupu-kupu yang menempel di telunjuk kanannya, ia bergegas keluar dari pintu. Di pekarangan, ia berkali-kali menghirup udara lembab dengan tarikan nafas yang dalam sambil menatap ujung jalan yang dilewati satu-dua kendaraan. “Ah, hubungan kami harusnya bisa menjadi lebih dewasa,” gumamnya. Ia memetik setangkai mawar yang baru mekar lalu berjalan kembali ke dalam rumah.

Narasi
Setelah meneguk kopi, Maran bangkit lalu melangkah menuju pintu depan dan meninggalkan Amalia tanpa pamit. Kali ini ia bertekad tak akan kembali ke rumah itu lagi dan membuang jauh-jauh cintanya pada perempuan itu. Kata-kata yang dilontarkan Amalia sepuluh menit yang lalu membuat dadanya sesak bahkan kian terngiang hingga ia tiba di pintu gerbang. Ia tak tahan terus-menerus dihina sebagai laki-laki pengangguran dan menjadi benalu dalam kehidupan Amalia. Dilihatnya daun-daun kering berserakan di halaman yang muram sore itu, dirasakannya kebebasan baru yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dengan lirih diucapkannya sepatah kata, lebih kepada dirinya sendiri, "Aku akan lebih bahagia dan bebas tanpa dirinya lagi." Lalu ia melangkah dengan senyum serekah bunga pukul empat sore. Sementara di belakangnya, di balik pintu, sepasang mata Amalia menatap kepergiannya dengan penuh penyesalan.

No comments:

Post a Comment

quotes

what is more beautiful than night/ and someone in your arms/ that's what we love about art/ it seems to prefer us and stays—Frank O'Hara