25 Januari 2014
Proposisi: Pria yang semula
mengelola bisnis bar jazz di Tokyo ini telah menulis belasan novel, puluhan
cerpen, serta beberapa buku non fiksi.
1. Present—bukti2 telah menulis belasan novel,
puluhan cerpen, serta beberapa buku non fiksi.
2.
why—proses
pindah pekerjaan
3. Who is Pria
Who
Pria yang semula mengelola bisnis bar jazz di Tokyo ini telah menulis
belasan novel, puluhan cerpen, serta beberapa buku non fiksi. Kami memanggilnya
Tuan Shukaku, ia berasal dari Hokkaido, pulau paling utara di Jepang.Tuan Shukaku
berwajah tirus dan beralis tebal, dengan rambut putih yang terikat dalam satu
simpul sebesar buah jambu. Melihat tubuh jangkungnya, ia tampak ringkih.
Satu-satunya yang berbeda dari Tuan Shukaku adalah matanya; sipit dan
memancarkan kepercayaan diri yang penuh. Ia selalu menghabiskan waktu luangnya
dengan membaca dan menulis di kamar baca, di bawah sorot lampu yang sama
redupnya dengan usianya. Salah satu novelnya yang sangat kami suka adalah
Winter Sonata, kisah seorang bocahyang gemar memandang puncak Gunung Fuji dari
balik jendela kamar.
Why
Pria yang semula mengelola bisnis bar jazz di Tokyo
ini telah menulis belasan novel, puluhan cerpen, serta beberapa buku non fiksi.
Sejak istrinya meninggal karena kecelakaan saat mengendarai mobil sepulang
bekerja, Tuan Takeshi mengalami depresi yang hebat. Padahal saat itu, di rumah
mereka, Tuan Takeshi telah menyiapkan makan malam dan memasak sop ikan tuna
kesukaan istrinya untuk merayakan pernikahan perak mereka. Ia tengah menyalakan
lilin ketika telpon berdering dan petugas kepolisian mengabarkan perihal
kecelakaan maut itu. Sejak malam itu, kehidupan bagi Tuan Takeshi tak ubah
hidangan yang telah basi. Ia tidak lagi menonton tv dan hanya mendengarkan
lagu-lagu Kitaro dari walkman di saku celananya, tidak lagi mengunjungi kerabat
yang biasanya ia lakukan setiap akhir pekan, atau memancing di danau setiap
jumat sore. Ia lebih senang merenungi nasibnya yang sendiri. Setiap kali hujan
turun ia suka berdiri berlama-lama di dekat jendela yang sengaja ia buka,
merasakan tempias air membasahi kulit jeruknya. Hingga suatu ketika, saat hujan
sedang turun deras-derasnya, Tuan Takeshi berdiri di pekarangan rumahnya,
membiarkan tubuhnya kuyup dan terlihat seperti seorang bocah yang terjebak
dalam sendal jepit yang kebesaran, kikuk dan menggigil. Saat itulah ia seperti
disergap keheningan, “Aku harus menuliskan sesuatu,” ujarnya. Sebelum putri
sulungnya membuka payung dan menyuruhnya masuk ke dalam, Tuan Takeshi telah
berlari dan bergegas mengganti baju hangatnya, masuk ke ruang baca dan mulai
menulis. Beberapa waktu kemudian, ia kembali menjalani hidupnya yang normal,
bayangan kecelakaan maut itu tak lagi menghantui tidurnya. Ia banyak membaca
buku, tanpa mengeluh, tanpa merasa kesepian, atau cemas akan masa depan. Kini
tulisan-tulisannya menjadi sumber inspirasi anak-anak muda di Jepang, bahkan
salah satu novelnya menjadi salah satu bacaan wajib di Universitas Tokyo.
Present
Pria yang semula mengelola bisnis bar jazz di Tokyo ini telah menulis
belasan novel, puluhan cerpen, serta beberapa buku non fiksi. Novelnya yang
berjudul Winter Sonata mendapat penghargaan Kodoki Award karena dianggap
memberikan nuansa baru dalam dunia kepenulisan sastra kontemporer Jepang.
Bahasanya lincah, lugas, dan menyentuh. Setelah memberikan pidato tentang
proses kreatifnya di hadapan tokoh-tokoh sastra Tokyo terkemuka, malam ini Tuan
Tanabe tampak sibuk menceritakan proses kreatifnya kepada beberapa wartawan
Tokyo Times. Beberapa di antara wartawan itu hampir menitikkan air mata
mendengar cerita Tuan Tanabe. “Aku sungguh tersentuh pada kisah hidupmu yang
kau tuangkan di dalam novel Winter Sonata, Tuan Tanabe,” ujar salah seorang
wartawan, “Ceritanya seolah minta dimengerti sekaligus minta dirasakan,
semuanya bercampur jadi satu”. Ketika sekali lagi ia mengungkapkan
kebahagiaannya karena malam itu adalah malam terpenting dalam sejarah enam
puluh lima tahun hidupnya, bertubi-tubi lampu kamera berkedip menangkap moment itu.
No comments:
Post a Comment