Select Your Language

Translate Your Language Here
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Tuesday, March 31, 2015

Pelajaran Pertama; Mengurai Paragraf; Kelas Menulis Komunitas Berkat Yakin



25 Januari 2014

Proposisi: Pria yang semula mengelola bisnis bar jazz di Tokyo ini telah menulis belasan novel, puluhan cerpen, serta beberapa buku non fiksi.

1.       Present—bukti2 telah menulis belasan novel, puluhan cerpen, serta beberapa buku non fiksi.
2.       why—proses pindah pekerjaan
3.       Who is Pria


Who

Pria yang semula mengelola bisnis bar jazz di Tokyo ini telah menulis belasan novel, puluhan cerpen, serta beberapa buku non fiksi. Kami memanggilnya Tuan Shukaku, ia berasal dari Hokkaido, pulau paling utara di Jepang.Tuan Shukaku berwajah tirus dan beralis tebal, dengan rambut putih yang terikat dalam satu simpul sebesar buah jambu. Melihat tubuh jangkungnya, ia tampak ringkih. Satu-satunya yang berbeda dari Tuan Shukaku adalah matanya; sipit dan memancarkan kepercayaan diri yang penuh. Ia selalu menghabiskan waktu luangnya dengan membaca dan menulis di kamar baca, di bawah sorot lampu yang sama redupnya dengan usianya. Salah satu novelnya yang sangat kami suka adalah Winter Sonata, kisah seorang bocahyang gemar memandang puncak Gunung Fuji dari balik jendela kamar. 

Why

Pria yang semula mengelola bisnis bar jazz di Tokyo ini telah menulis belasan novel, puluhan cerpen, serta beberapa buku non fiksi. Sejak istrinya meninggal karena kecelakaan saat mengendarai mobil sepulang bekerja, Tuan Takeshi mengalami depresi yang hebat. Padahal saat itu, di rumah mereka, Tuan Takeshi telah menyiapkan makan malam dan memasak sop ikan tuna kesukaan istrinya untuk merayakan pernikahan perak mereka. Ia tengah menyalakan lilin ketika telpon berdering dan petugas kepolisian mengabarkan perihal kecelakaan maut itu. Sejak malam itu, kehidupan bagi Tuan Takeshi tak ubah hidangan yang telah basi. Ia tidak lagi menonton tv dan hanya mendengarkan lagu-lagu Kitaro dari walkman di saku celananya, tidak lagi mengunjungi kerabat yang biasanya ia lakukan setiap akhir pekan, atau memancing di danau setiap jumat sore. Ia lebih senang merenungi nasibnya yang sendiri. Setiap kali hujan turun ia suka berdiri berlama-lama di dekat jendela yang sengaja ia buka, merasakan tempias air membasahi kulit jeruknya. Hingga suatu ketika, saat hujan sedang turun deras-derasnya, Tuan Takeshi berdiri di pekarangan rumahnya, membiarkan tubuhnya kuyup dan terlihat seperti seorang bocah yang terjebak dalam sendal jepit yang kebesaran, kikuk dan menggigil. Saat itulah ia seperti disergap keheningan, “Aku harus menuliskan sesuatu,” ujarnya. Sebelum putri sulungnya membuka payung dan menyuruhnya masuk ke dalam, Tuan Takeshi telah berlari dan bergegas mengganti baju hangatnya, masuk ke ruang baca dan mulai menulis. Beberapa waktu kemudian, ia kembali menjalani hidupnya yang normal, bayangan kecelakaan maut itu tak lagi menghantui tidurnya. Ia banyak membaca buku, tanpa mengeluh, tanpa merasa kesepian, atau cemas akan masa depan. Kini tulisan-tulisannya menjadi sumber inspirasi anak-anak muda di Jepang, bahkan salah satu novelnya menjadi salah satu bacaan wajib di Universitas Tokyo

Present

Pria yang semula mengelola bisnis bar jazz di Tokyo ini telah menulis belasan novel, puluhan cerpen, serta beberapa buku non fiksi. Novelnya yang berjudul Winter Sonata mendapat penghargaan Kodoki Award karena dianggap memberikan nuansa baru dalam dunia kepenulisan sastra kontemporer Jepang. Bahasanya lincah, lugas, dan menyentuh. Setelah memberikan pidato tentang proses kreatifnya di hadapan tokoh-tokoh sastra Tokyo terkemuka, malam ini Tuan Tanabe tampak sibuk menceritakan proses kreatifnya kepada beberapa wartawan Tokyo Times. Beberapa di antara wartawan itu hampir menitikkan air mata mendengar cerita Tuan Tanabe. “Aku sungguh tersentuh pada kisah hidupmu yang kau tuangkan di dalam novel Winter Sonata, Tuan Tanabe,” ujar salah seorang wartawan, “Ceritanya seolah minta dimengerti sekaligus minta dirasakan, semuanya bercampur jadi satu”. Ketika sekali lagi ia mengungkapkan kebahagiaannya karena malam itu adalah malam terpenting dalam sejarah enam puluh lima tahun hidupnya, bertubi-tubi lampu kamera berkedip menangkap moment itu.

No comments:

Post a Comment

quotes

what is more beautiful than night/ and someone in your arms/ that's what we love about art/ it seems to prefer us and stays—Frank O'Hara