Catatan kelas menulis 05 februari 2014
1. Data harus
cukup, Cukup argumen
2. Data harus
relevan/ sesuai
3. Data harus
selektif
4. Kurangi
Kata2 sifat
5. Kurangi kata
keterangan yang terlampau umum/ besar
6. Kuranggi
Redudance
Proposisi: Suamiku mendapat gundik baru
Who: is gundik
Why: Sebab2 mengapa suaminya sampai membutuhkan
gundik baru
How to: Bagaimana cara dia mendapatkan gundik itu
Who versi 2
Suamiku mendapat gundik baru. Pagi ini ia membawa
perempuan berwajah tirus itu ke rumah kami ketika aku baru saja selesai membaca
koran. Perempuan bertubuh sintal itu melangkah ragu-ragu ke arahku, kutaksir
usianya tiga puluh tahun, rambutnya panjang tergerai bak gelombang air sungai
yang berwarna kecoklatan, gemerlap diterpa sinar matahari, dan dari jauh tampak
seperti selembar kain yang menutupi lekuk tubuhnya. Suamiku merangkul
pinggangnya, mengatakan kepadaku bahwa Miranda adalah istrinya yang baru.
Mendengar itu, aku merasa terlempar ke sudut dunia yang begitu jauh, asing dan
sendiri. Kusapu air mataku dengan ujung-ujung jari, kutinggalkan mereka di
ruang tamu, dan kubiarkan suamiku mengulang lagi kejadian tahun lalu saat ia
membawa Nadia ke hadapanku.
Why
Suamiku mendapat gundik baru. Kecelakaan mobil yang
kualami setahun lalu menyebabkan aku harus duduk di kursi roda dan tak bisa
memenuhi kewajibanku sebagai seorang istri. Ia pun jadi sering marah-marah
tanpa alasan yang jelas. Menyadari keadaanku yang tak pernah lagi memasak
untuknya, merapihkan dasinya saat akan berangkat ke kantor, dan menyiapkan
segelas kopi setiap sore—maka aku hanya diam saat ia mengucakan kata-kata kasar
kepadaku. Setiap kali berada di tempat tidur, ia selalu membelakangiku, bahkan
tak jarang ia mengatakan ingin merasakan lagi punya istri yang bisa mengurus
dan melayaninya, layiknya laki-laki lain.Setiap mendengar itu, hatiku seperti
teriris kulit bambu dan biasanya aku akan terlelap dengan mata yang basah.
Malam ini, saat aku membukakan pintu untuknya, kulihat ia membawa seorang
perempuan bertubuh langsing yang mirip seperti tubuhku sebelum duduk di kursi
roda. Belum sempat kutanya siapa yang ia bawa, suamiku langsung menggandeng
tangan perempuan itu dan mengatakan kalau perempuan itu adalah istrinya yang
baru.
Suamiku mendapat gundik baru. Barangkali ia
menikahi pelayan bar itu lantaran aku tak kunjung bisa memberinya anak. Padahal
sudah bermacam-macam cara kulakukan agar memenuhi keinginannya memiliki
keturunan sejak menikahiku tujuh tahun lalu, dari berobat ke dokter spesialis
kandungan, minum ramuan-ramuan dukun beranak, sampai jalan terakhir yaitu
suntik inseminasi. Tapi berbagai usaha itu tak juga membuahkan hasil. Ia pun
sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, katanya kopi buatanku selalu pahit,
masakan yang kumasak selalu keasinan, dan gayaku di atas ranjang sudah
ketinggalan jaman. Hingga suatu malam, dua minggu setelah lebaran haji, ia
pulang ke rumah bersama perempuan bernama Miranda, pelayan bar bertubuh sintal
dan memiliki lesung pipi mirip artis india, Prety Zinta. Ia bilang padaku
Miranda sudah dinikahinya tiga bulan yang lalu dan kini tengah hamil muda.
Tubuhku lemas dan beberapa menit kemudian aku sudah tak ingat apa-apa lagi.
Suamiku mendapat gundik baru. Nampaknya suamiku
memiliki kelainan jiwa, yaitu selalu memiliki hasrat untuk meniduri banyak
wanita. Ini sudah yang keenam kalinya ia kudengar kawin lagi. Kabar memuakkan
itu kerap kudengar dari ibu-ibu kompleks yang gemar bergosip di warng Mak Irah.
Suamiku mengenal wanita itu di salah satu Bar, satu bulan lalu, ketika
perusahaan suamiku sedang merayakan keberhasilan mereka menembus pasar
internasional. Wanita itu adalah Miranda, pelayan Bar yang diminta suamiku
menemaninya menghabiskan minuman hingga mabuk hingga berlanjut ke hotel. Berita
ini kudengar dari Ilham, teman kerja suamiku yang kudesak menceritakan
bagaimana suamiku sampai mendapatkan perempuan murahan itu. Saat itu, suamiku
dan beberapa rekan bisnisnya menyewa beberapa perempuan Bar untuk menemani mereka
minum dan mabuk-mabukan. Suamiku memilih Miranda, primadona di bar itu. Suamiku
menyalakan rokok dan meminta perempuan itu menghisapnya, berganti-gantian
dengan suamiku. Tak hanya itu, suamiku yang gemar merayu itu tak
sungkan-sungkan mendaratkan bibirnya di pipi Miranda. Mereka berdansa dan
saling memuji kemahiran mengikuti irama musik yang mengalun. Sejak itu suamiku
jadi tergila-gila pada perempuan itu dan hampir setiap malam pulang subuh.
Kupastikan betul kebenaran berita itu hingga ke akar-akarnya, kuperiksa dompek
suamiku saat ia sedang mandi, kutemukan beberapa nota belanja, hotel, dan
kuitansi pembelian sebuah rumah baru atas nama Miranda. Kertas-kertas itu
kuremas dan dengan dada bergemuruh kuambil pistol milik suamiku di laci
mejanya. Kutinggalkan ia yang tengah bersiul-siul di kamar mandi dan kubulatkan
tekadku untuk menembak sundal itu.
No comments:
Post a Comment