Select Your Language

Translate Your Language Here
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Tuesday, March 31, 2015

Pelajaran Pertama; Mengurai Paragraf; Kelas Menulis Komunitas Berkat Yakin



  Catatan kelas menulis 05 februari 2014

1.       Data harus cukup, Cukup argumen
2.       Data harus relevan/ sesuai 
3.       Data harus selektif
4.       Kurangi Kata2 sifat
5.       Kurangi kata keterangan yang terlampau umum/ besar
6.       Kuranggi Redudance

Proposisi: Suamiku mendapat gundik baru

Who: is gundik
Why: Sebab2 mengapa suaminya sampai membutuhkan gundik baru
How to: Bagaimana cara dia mendapatkan gundik itu

Who versi 2

Suamiku mendapat gundik baru. Pagi ini ia membawa perempuan berwajah tirus itu ke rumah kami ketika aku baru saja selesai membaca koran. Perempuan bertubuh sintal itu melangkah ragu-ragu ke arahku, kutaksir usianya tiga puluh tahun, rambutnya panjang tergerai bak gelombang air sungai yang berwarna kecoklatan, gemerlap diterpa sinar matahari, dan dari jauh tampak seperti selembar kain yang menutupi lekuk tubuhnya. Suamiku merangkul pinggangnya, mengatakan kepadaku bahwa Miranda adalah istrinya yang baru. Mendengar itu, aku merasa terlempar ke sudut dunia yang begitu jauh, asing dan sendiri. Kusapu air mataku dengan ujung-ujung jari, kutinggalkan mereka di ruang tamu, dan kubiarkan suamiku mengulang lagi kejadian tahun lalu saat ia membawa Nadia ke hadapanku. 

Why

Suamiku mendapat gundik baru. Kecelakaan mobil yang kualami setahun lalu menyebabkan aku harus duduk di kursi roda dan tak bisa memenuhi kewajibanku sebagai seorang istri. Ia pun jadi sering marah-marah tanpa alasan yang jelas. Menyadari keadaanku yang tak pernah lagi memasak untuknya, merapihkan dasinya saat akan berangkat ke kantor, dan menyiapkan segelas kopi setiap sore—maka aku hanya diam saat ia mengucakan kata-kata kasar kepadaku. Setiap kali berada di tempat tidur, ia selalu membelakangiku, bahkan tak jarang ia mengatakan ingin merasakan lagi punya istri yang bisa mengurus dan melayaninya, layiknya laki-laki lain.Setiap mendengar itu, hatiku seperti teriris kulit bambu dan biasanya aku akan terlelap dengan mata yang basah. Malam ini, saat aku membukakan pintu untuknya, kulihat ia membawa seorang perempuan bertubuh langsing yang mirip seperti tubuhku sebelum duduk di kursi roda. Belum sempat kutanya siapa yang ia bawa, suamiku langsung menggandeng tangan perempuan itu dan mengatakan kalau perempuan itu adalah istrinya yang baru.

Suamiku mendapat gundik baru. Barangkali ia menikahi pelayan bar itu lantaran aku tak kunjung bisa memberinya anak. Padahal sudah bermacam-macam cara kulakukan agar memenuhi keinginannya memiliki keturunan sejak menikahiku tujuh tahun lalu, dari berobat ke dokter spesialis kandungan, minum ramuan-ramuan dukun beranak, sampai jalan terakhir yaitu suntik inseminasi. Tapi berbagai usaha itu tak juga membuahkan hasil. Ia pun sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, katanya kopi buatanku selalu pahit, masakan yang kumasak selalu keasinan, dan gayaku di atas ranjang sudah ketinggalan jaman. Hingga suatu malam, dua minggu setelah lebaran haji, ia pulang ke rumah bersama perempuan bernama Miranda, pelayan bar bertubuh sintal dan memiliki lesung pipi mirip artis india, Prety Zinta. Ia bilang padaku Miranda sudah dinikahinya tiga bulan yang lalu dan kini tengah hamil muda. Tubuhku lemas dan beberapa menit kemudian aku sudah tak ingat apa-apa lagi.

Suamiku mendapat gundik baru. Nampaknya suamiku memiliki kelainan jiwa, yaitu selalu memiliki hasrat untuk meniduri banyak wanita. Ini sudah yang keenam kalinya ia kudengar kawin lagi. Kabar memuakkan itu kerap kudengar dari ibu-ibu kompleks yang gemar bergosip di warng Mak Irah. Suamiku mengenal wanita itu di salah satu Bar, satu bulan lalu, ketika perusahaan suamiku sedang merayakan keberhasilan mereka menembus pasar internasional. Wanita itu adalah Miranda, pelayan Bar yang diminta suamiku menemaninya menghabiskan minuman hingga mabuk hingga berlanjut ke hotel. Berita ini kudengar dari Ilham, teman kerja suamiku yang kudesak menceritakan bagaimana suamiku sampai mendapatkan perempuan murahan itu. Saat itu, suamiku dan beberapa rekan bisnisnya menyewa beberapa perempuan Bar untuk menemani mereka minum dan mabuk-mabukan. Suamiku memilih Miranda, primadona di bar itu. Suamiku menyalakan rokok dan meminta perempuan itu menghisapnya, berganti-gantian dengan suamiku. Tak hanya itu, suamiku yang gemar merayu itu tak sungkan-sungkan mendaratkan bibirnya di pipi Miranda. Mereka berdansa dan saling memuji kemahiran mengikuti irama musik yang mengalun. Sejak itu suamiku jadi tergila-gila pada perempuan itu dan hampir setiap malam pulang subuh. Kupastikan betul kebenaran berita itu hingga ke akar-akarnya, kuperiksa dompek suamiku saat ia sedang mandi, kutemukan beberapa nota belanja, hotel,  dan kuitansi pembelian sebuah rumah baru atas nama Miranda. Kertas-kertas itu kuremas dan dengan dada bergemuruh kuambil pistol milik suamiku di laci mejanya. Kutinggalkan ia yang tengah bersiul-siul di kamar mandi dan kubulatkan tekadku untuk menembak sundal itu.  


No comments:

Post a Comment

quotes

what is more beautiful than night/ and someone in your arms/ that's what we love about art/ it seems to prefer us and stays—Frank O'Hara