Select Your Language

Translate Your Language Here
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Tuesday, January 21, 2014

Puisi Fitri Yani di Koran Kompas 19 Januari 2014

Ki Bayi Radin

saat pintu laut terbuka, ikan-ikan bermunculan
berpuluh-puluh perahu akan berlayar dari selatan
dan darah seluruh keluargamu akan tumpah
dan sepasang badan akan menolak muara terbelah

seekor elang laut berputar mematuk-matuk layar
tapi ia menjadi buta dan paruhnya terluka

dendammu pecah di gelanggang biru
dendang pedih tentang perang berdengung
ke seluruh pelosok negeri
sayatannnya menubi hingga ke tujuh lapis kalbumu
kau berlari bagai kuda perang menunggang gelombang

tapi mata pedang lawan terlanjur tiba di jantungmu
sebelum kau hentikan kapal berlayar ke arah selatan
sebelum kau saksikan butiran garam dari mata kekasihmu
jatuh di lautan

sehelai selendang merah tersangkut di ranting mawar
berkibar-kibar seolah ingin melayang menujumu.

Oktober, 2013

Pangeran Riya

aku kehilangan peta seorang diri di tengah samudera
bintang mana yang akan kutatap semalaman, Puan

langit itu tersibak, malam benderang
wajahmu tergambar seperti purnama
menggetarkan mata ribuan nakhoda
yang berlayar di laut Sumatera Selatan
membawa rupa-rupa sesembahan
dan tujuh puluh helai kain bergambar kijang kencana
seakan pertemuan akan tunai saat terlontar ribuan puja
dari bibir para prajurit dan hulubalang
seakan sunyi akan mati bila tiba saatnya
kujemput engkau di kemudian hari

Puan, kini aku sasar dalam kerumun penduduk kampung
pintu rumah siapa harus kuketuk, madu dari cawan mana
mesti kureguk.

Oktober 2013


Orang-orang Modern

sahabatku, dari tengah kota ini
akan kuceritakan tentang orang-orang
yang dulu merubuhkan rumah-rumah panggung
lalu membangun gedung-gedung bertingat
di atasnya

retakan dinding-dinding bekas gempa
beranda-beranda yang rapuh
dan aroma kopi di jalan masa lalu
telah terbenam di lubuk ingatan

aku menyaksikan 
orang-orang bertaruh di meja judi
menumpahkan seluruh isi dada
memaki-maki pelayan 
yang lambat menuangkan minuman beralkohol
ke dalam gelas-gelas kesepian
mereka beradu nasib baik
menertawakan nasib buruk

listrik kadang padam seketika
lalu semua terhenti
orang-orang menjadi cemas
mengintip bulan dari kaca jendela yang pecah
cahayanya seperti maut yang mengintai

aroma masakan dari warung-warung di pinggir jalan
membangkitkan hasrat akan pedas sambal terasi
sementara di rumah-rumah, dapur menjelma
penyimpan perabot makan

ada akasia yang tumbang di pinggir jalan
bunga dan daunnya berserakan seperti tanah baru
tapi para pemulung bergegas menyapunya
sebelum pagi seluruhnya datang

sahabatku, entah apa yang sesungguhnya telah hilang
seakan ada perselisihan yang tak kunjung tunai
seakan ada air kebahagiaan yang terus ditenggak
dari gelas-gelas retak.


Oktober, 2013

5 comments:

quotes

what is more beautiful than night/ and someone in your arms/ that's what we love about art/ it seems to prefer us and stays—Frank O'Hara