Select Your Language

Translate Your Language Here
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Tuesday, March 9, 2010

Ketika Menjelang Subuh

(ketika aku bersinar sempurna
berjumpalah mereka di samping telaga)

sungguh ia berharap kau tak lagi meninggalkannya ketika aroma subuh mulai tercium. maka dirabanya seluruh tubuhmu, dicarinya jejak yang pernah ia titipkan dulu, sebelum penari bertubuh ungu merebutmu, membalut tubuhmu dengan kain perca warna-warni. berserulah ia kepada dingin angin malam itu ”kalaulah sampai jiwa ini kepadanya, lekatkanlah, aku anak panah yang tak ingin melesat, aku pemuja yang tak ingin lagi tahu di manakah letak setia bagi para pecinta”. diam-diam merebaklah harum sawah yang perlahan menghijau di sekitar. sementara kau begitu khusuk merasakan singgahnya debar lain ketika perawan itu menyerahkan tubuhnya, tubuh yang pada malam itu penuh kilau cahaya. lupalah engkau akan gemulai penari bertubuh ungu yang berjanji akan membangun rumah baru bersamamu.

ketika tanganmu sampai di lengkung pinggangnya, sesungguhnya ia tengah merasa bermandikan hujan kelopak melur, hingga tubuhmu bergetar penuh dahaga. penantiannya bak kesabaran yang terperangkap dalam batu. kerinduannya seperti kelopak-kolopak bunga yang menyimpan madu.

engkau merayu sekaligus karam di lubuknya yang terdalam, peluhmu penuh candu, maka ia mengadu seperti tak akan lagi bertemu. lewat pancaran matamu ia tahu, usai subuh itu, usai pula perjumpaan yang baginya adalah perkiraan yang telah menjadi pasti

(legalah aku, sang purnama yang masih bersinar sempurna
sebab telah kurestui gelora yang kerap mereka titipkan kepadaku)


Tanjungkarang, Juli 2009

No comments:

Post a Comment

quotes

what is more beautiful than night/ and someone in your arms/ that's what we love about art/ it seems to prefer us and stays—Frank O'Hara