Select Your Language

Translate Your Language Here
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sunday, May 1, 2011

Sajak Fitri Yani, Koran Kompas, 01 Mei 2011

Lingkaran Drupadi


“mengapa warna merah selalu mendahului timbul dan tenggelamnya matahari...”

pada sebuah subuh aku menjadi wanita yang tak merasa yakin pada apa yang tengah kuperjuangkan. seperti tiba-tiba tersesat di sebuah lembah yang semula kuduga sebagai lembah asmara. hingga pagi itu, engkau membuatku ada sekaligus tiada.

demi anak-anak yang kelak kulahirkan, kujaga sebutir permata yang senantiasa bercahaya di dalam dada. tuanku, takdir memang tak dapat kuelakkan. namun izinkan aku sejenak saja melihat rautmu, agar karam segala dendam di meja dadu yang kauciptakan itu.


(2010-2011)



Teluk Betung


dari pusaran kota tanjungkarang
dan keringat subuh
para perempuan di selasar pasar
kubentangkan untukmu
sebuah jalan dengan seribu tiang lampu
jalan yang mengarah ke ujung pulau
tempat kehidupan lain
mengigaukan nafas masa lampau

kutampakkan pula kepadamu
patung-patung pemikul air mata purba
gedung-gedung yang memandang lautan
serta seorang tua di ujung dermaga
yang setiap sore datang bernyanyi
nyanyiannya adalah suara samar
penduduk bandar yang menua

“kau tak perlu lagi bertanya
di mana para lelaki menyimpan tombaknya
dan mengapa anak dara
mengurung diri di balik nyala api”

sunyi membubung setinggi awan

lembab tanah makam di atas bebukitan
cahaya kuning
                        remang
di pintu-pintu pertokoan:
                                         menyapamu.


(2011)





No comments:

Post a Comment

quotes

what is more beautiful than night/ and someone in your arms/ that's what we love about art/ it seems to prefer us and stays—Frank O'Hara